My photo
Mencari jawaban yang tertindih reruntuhan.

Sunday, June 10

Umur mempengaruhi cinta kita ?

"Kau lelah, Rosa ?"
"Tentu tidak, mereka membuat ku tertawa seharian ini"
"Jangan terlalu bersemangat seperti itu, kita sudah tak muda"
"Aku tahu, tapi mereka membuat ku seperti muda kembali"

Seperti biasa, Rosa pasti akan mengatakan itu. Aku tau, mereka, anak-cucu kami, akan membuat Rosa berbahagia. Pagi tadi anak kami satu-satunya datang mengunjungi ku dan Rosa dengan suaminya dan 2 anak laki-lakinya. Senyum yang mengembang timbul di wajah Rosa bersama keriput-keriput wajah yang mulai menampakan dirinya. Bermain bersama cucu-cucunya akan membuat Rosa bahagia, aku tahu itu.

Sudah 34 tahun kami bersama, menitik hari demi hari dengan cinta yang tumbuh berkembang. Bukan hal yang mudah untuk dapat bersama-sama selama 34 tahun, itu bukan waktu yang singkat. Aku harus banting tulang untuk dapat membahagiakan Rosa yang muda sampai menjadi Rosa yang berumur seperti ini. Dan dia, Rosa, selalu berusaha membuatku nyaman, bersemangat, dan selalu tetap mencintainya.

Aku tahu akan ada perpisahan diantara aku dan Rosa, dan aku juga tahu bahwa tak ada perpisahan yang indah. Dimanapun kau bernafas, berdiam diri bahkan berlari, perpisahan merupakan kesedihan yang tak bisa dihindari. Aku dan Rosa tak menginginkan perpisahan, siapa yang mau berpisah dengan orang yang mereka cintai ? Karena aku tahu perpisahan itu akan datang, aku selalu berterimakasih ketika Rosa, wanita yang sangat ku cintai masih tetap berada di samping ku. 

"Cinta diantara kita masih tetap ada kan, Rosa ?"
"Hahahaha, kau bicara tentang cinta ? Pada umur 61 tahun?"
"Apakah umur mempengaruhi cinta kita ?"
"Kau berkata apa, Erik ?"
"Apakah cinta diantara kita masih ada ?"

Aku serius bertanya hal ini pada Rosa, tapi dia hanya terdiam. Aku tak mengerti apa arti dari kediamannya, banyak kemungkinan. 'Mungkin dia bingung', 'Mungkin dia sedang berfikir', 'Mungkin dia lelah', 'Mungin dia malu untuk berbicara', 'Atau mungkin jawabannya adalah ; Tidak'. Aku mulai tak mau menebak, aku hanya menunggu sampai Rosa berbicara.

"Kau masih ingat dengan lagu di masa muda kita berdua, Erik ?"
"Lagu ?"
"My first love, you're every breath that I take, you're every step I make. Ingat ?"
"Hahaha, ya aku mengingatnya. Ketika akhir pesta pernikahan kita bukan ?"
"Iya, ketika kita berdansa di tengah-tengah kebahagiaan"
"Kau mau mengulangnya lagi, Rosa ?"
"Dengan senang hati, Erik"

Aku berdansa dengan Rosa, persis ketika muda dulu. Walau dia sudah berumur, berkeriput, tapi kecantikannya tak pernah terhapus. Aku mengerti sekarang, tak ada setitik cinta pun  yang mati diantara aku dan Rosa. Rosa, you're my first and my last love.

And I, I want to share all my love with you

No one else will do
And your eyes
They tell me how much you care
You will always be
My endless love