Sebelum pulang ke Bandung, aku memaksa untuk meminta parfum yang sering suami pakai agar bisa aku simpan, "biar kalo aku kangen kamu, aku tinggal semprot. So at least i can smell you!". Suami nurut saja dengan berakhir harus membeli botol parfum baru. Memang dasar cinta istri, saat mau merantau lagi berdalih kopernya penuh, suami pun simpan jaket yang sering dia pakai supaya aku bisa pakai kalo lagi kangen. Bener, kan? hahaha
Waktu dan tempat dipersilahkan, kangen itu pun tiba.
11 malam, tiba-tiba nangis sambil bangun dari kasur dan langsung pakai jaket suami sambil semprot beberapa kali parfumnya. Berniat bisa ngurangin kangen, malah lebih menggila. Kalo bisa terbang, terbanglah sudah. Tapi aku hanya bisa nangis sambil cium-cium wanginya.
Ingin telfon suami, tapi ini jam 1 shubuh disana. Aku coba tahan sambil menonton apa saja yang ada di layar handphone, kadang menyelami tiktok kadang swipe story instagram. Tidak pula kangen ini beranjak pergi. Akhirnya, 12 malam, terhitung jam 2 shubuh disana, sambil penuh rasa tidak enak karena pasti akan mengganggu tidurnya, aku melakukan panggilan video padahal tahu betul dia besok masih harus bekerja.
Diangkat, "kenapa?" tanya suami sambil matanya membuka sedikit karena silau layar handphone. Aku cuma bisa diam. "Kenapa mil?", tanya suami lagi saat sadar mata istrinya ini sudah memerah dan air matanya mau tumpah. "Kangennnnnn", kata itu keluar juga.
Nangislah aku sejadi-jadinya sambil memperlihatkan jaketnya yang sedang aku pakai, "ternyata ga ngaruh, malah bikin makin kangen". Suami bingung mau menanggapi apa, dia cuman jawab "sabar, ya".
Jika bisa dijabarkan, perasaan ini mirip seperti ingin makan sate, sudah pergi naik motor ternyata abangnya ga jualan. Mirip juga seperti sudah menabung untuk beli sepatu baru, tapi sepatunya discontinue. Atau sudah mengantri 30 menit untuk sebuah roti, ternyata sold out saat kita mau pesan.
Sejak saat itu, aku sadar ternyata kangen sama suami itu berbeda sekali. Entah kenapa ada rasa patah hati, karena sebagaimanapun aku kangen, aku benar-benar hanya bisa bersabar. Rasa kangen yang ga bisa diapa-apain, hanya tumbuh saja terus menerus sampai nanti berbunga pada waktunya. Insya Allah, secepatnya.