Dalam ruangan semi-besar yang dipenuhi suara gaduh, aku mendengar satu suara yang berirama. Seperti dentang jarum jam namun dengan suara yang lebih bergema. Makin lama ketukannya semakin cepat dan semakin menggebu. Aku mencari dari mana suara itu berasal. Kanan-kiri, atas-bawah, tak ku dapat sumber suara itu.
Yang aku dapat hanya sebuah garis senyuman yang begitu manis, dengan lengkung senyumannya yang begitu indah. Lalu suara dentuman itu semakin cepat dan semakin keras. Apalagi ketika senyuman manis itu memperlihatkan bibir merah cerahnya, suara itu terdengar seperti dentuman kaki para tentara perang.
Dikala garis senyuman itu memudar, suara dentuman itu juga mulai menghilang. Semakin lama suaranya semakin tak terdengar, hilang bersama pudarnya senyuman manis itu dan membuat ku semakin bingung untuk mencarinya. Jika memang suara itu tak mau aku cari untuk apa aku memaksa untuk menemukannya.
Lalu tiba-tiba ada kilauan cahaya yang terpantul dari helaian-helaian rambut yang hitam legam. Dan, ya, suara dentuman tadi mulai terdengar lagi. Awalnya hanya samar-samar namun lama kelamaan suaranya semakin terdengar jelas. Apalagi ketika kilauan cahaya lain datang dari sepasang mata yang cantik, yang menurut ku begitu sempurna. Suara yang ku dengar itu semakin menggebu-gebu.
Anehnya dari 45 orang diruangan ini, sepertinya hanya aku yang mendengar suara misterius ini. Padahal suaranya begitu keras, menyaingi suara gaduh yang mereka buat. Aku kembali penasaran, aku mencari suara itu di semua tempat. Di lembaran-lembaran kertas soal milikku, di kolong meja, di bawah sepatu namun tidak ada tanda-tanda dari sumber suara itu.
Aku kira memang suara ini hanya ingin mempermainkan ku. Ku usap dada ku untuk menenangkan diri. Dan, hey ! Aku menemukannya ! Suara yang aku cari ternyata datang dari dada sebelah kiri ku. Aku merasakan dadaku berdegup dan seirama dengan suara yang ku dengar. Ternyata ini semua ulah jantung ku yang menggila.
Bagaimana tidak ? Aku yakin darah ku teracuni oleh senyuman manis itu. Racun cinta kalau para pujangga bilang. Jantung ini juga pasti merasa ingin memompa dan memompa darah, terus dan terus.
Andai saja wanita pemilik senyuman manis ini, yang duduk tepat 4 bangku di depan ku, mendengar bagaimana kerasnya jantung ku berdentum. Pasti dia tahu bagaimana aku menggilainya.