Sampai pada akhirnya, aku dan Duto saling berkomunikasi. Aku
rela membalas pesannya yang dulu aku anggap risih, namun kali itu menjadi
sebuah penghibur untuk ku. Meski, ya, hanya sebuah pesan yang berisi kata hello-pun.
Hampir 1 bulan aku mengenal Duto, aku yang memang suka dengan
kedewasaannya semakin kagum saat tahu kedewasaannya yang sebenarnya. Tapi, aku
tak tahu, apakah Duto kenal aku se-kenal aku padanya. Dari dulu, aku tak
pernah mengerti pikiran laki-laki.
Dia, Duto, terkadang mengantar ku sekolah, menjemput,
menemani ku pergi, menghibur, membuat ku marah, membuat tertawa, dan banyak
lagi ulahnya. Dan itu menjadikan ku memiliki sebuah kesan terhadapnya.
Aku mengerti, apakah aku akan memulai untuk sesuatu yang
memang sudah ku ketahui akhirnya ? Namun, inilah sihir laki-laki, sebesar
apapun rasa takut mu, dia akan membuat mu aman. Pada awalnya.
Aku selalu menyukai momen ini, ketika aku duduk dibelakang
punggung seorang pengemudi motor, dan itu Duto. Aku suka, karena ketika angin
yang besar menabrak tubuh Duto, dia membawa wangi parfum Duto. Dan aku, wanita
remaja yang entah ke berapa, memiliki malam yang suka.
Jalan yang kami tempuh begitu gelap dan dingin, namun
diperempatan jalan terlihat keramaian, dan aku yakin di ujung jalan itu pasar
malam sudah menunggu. Dari kejauhan aku melihat bianglala yang besar, berputar
perlahan, dibawahnya aku hanya melihat atap dari ruko-ruko yang menjual banyak
barang. Tak sabar.
“Sampai deh, mau beli apa ?”
“Aku mau gulali, Duto”
“Boleh, tapi wajib naik itu”
“Ga!”
“Ga naik ombak banyu ga ada gulali”
Begitulah Duto, terkadang di parkiran pun dia sudah membuat
ku kesal. Dan aku baru tersadar, ternyata pasar malam ini berada di pinggiran
sungai. Tepat di samping parkiran. Pantas saja jalan tadi sepi.
Aku senang, dan aku yakin Duto juga senang. Dari cara dia
berjalan, berbicara, bercanda, bahkan pada saat pura-pura marah pun aku tahu bahwa malam itu dia senang. Duto
membelikanku gulali, tanpa harus menaiki ombak banyu. Aku mengerti cara Duto
memanjakan ku.
No comments:
Post a Comment