My photo
Mencari jawaban yang tertindih reruntuhan.

Thursday, June 25

Amarah tersaji, Sesal tersantap

Anak Adam, manusia, tentu tak sempurna dan tak akan sempurna. Bukanlah sifat manusia sempurna itu, sebenarnya manusia adalah tumpukan salah. Mungkin saja, jika setiap kesalahan, setiap kelalaian, setiap lupa dan setiap abainya ditumpuk, maka tingginya akan menyaingi gunung.

Kita, manusia, tak akan pernah sempurna, bahkan dalam garis sesama manusia. Kadang, anak-anak Adam terlalu sombong karena merasa lebih baik dari anak Adam lainnya. Merasa selalu ada saat dibutuhkan, merasa sangat cepat dalam membalas pesan, merasa menjadi teman yang paling setia, merasa paling tahu, merasa paling bisa, merasa jauh lebih sempurna dari dia, dia, dia dan dia.

Ketika sombongnya telah mendidih, maka matanglah rasa marah saat orang lain memiliki salah. Seakan tak pernah menyakiti, seakan tak pernah melakukan kesalahan, seakan menjadi paling sempurna atas kebaikannya yang kecil itu sehingga dia merasa berhak menuangkan amarahnya.

Setelah marahnya tersaji, maka hanya sesal yang disantap. Menyesal diakhir menjadi kebiasaan.

Maka, maafkanlah seperti kita ingin dimaafkan dari setiap kesalahan kita. Sadari bahwa mereka hanya anak Adam lainnya yang sama seperti diri sendiri, tak sempurna. Tindih amarah kita dengan tumpukan-tumpukan salah yang kita punya, agar diri menjadi malu dan tahu bahwa kita tak lebih baik dari orang lain.

Jangan marah.