My photo
Mencari jawaban yang tertindih reruntuhan.

Saturday, April 10

Sejak 2013, baru terjawab

Ternyata, Allah sedang mengabulkan mimpiku pada hari ini.

Dari hanya 2 jam perjalanan pulang-pergiku mencari buku, aku mengingat-ingat kapan terakhir aku bersengaja mencari buku untuk dibaca, seperti hari ini. Bahkan sampai saat ini pun, aku masih tak ingat kapan tepatnya. Kesibukan ku sebagai mahasiswa Arsitektur memberi jarak antara hari ini dan hari terakhir aku excited pada bau tumpukan buku.

Sejak tahun 2014 hingga awal 2019, jangankan membaca dan menulis, bahkan tidur pun menjadi sesuatu yang sangat sulit. Aku sempat ingin menyerah karena merasa diri telah diremas waktu senggangnya, kebahagiannya pula rasa tenangnya. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk tetap lanjut dan menyelesaikan pendidikan atas dasar 'ingin segera selesai'.

Lulus kuliah, aku sempat linglung mau bekerja dimana atau usaha apa? Sempat juga bingung sebenarnya apa yang aku mau dari bekerja, selain penghasilan. Aku baru paham setelah banyak benturan, bahwa ternyata aku ingin belajar, bukan hanya dalam kubus Arsitektur namun juga kubus kehidupan. Dan maha baik Allah, keinginanku Allah kabulkan. Kini aku bekerja pada lingkup yang memberiku banyak pembelajaran dan membuatku bertumbuh.

Tahan, bukan mimpi ini yang membuat ku terkejut hari ini.

Sebelum memutuskan untuk masuk ke jurusan Arsitektur, aku sempat berada dipersimpangan jalan. Arsitektur atau Sastra. Jelas, aku sangat suka menulis juga membaca, aku begitu jatuh cinta pada aksara, kata, kalimat serta titik dan koma diantaranya. Namun, aku diusia 17 memiliki pemikiran yang luar biasa aneh. Katanya, "Aku mau keluar dari garis nyaman, aku mau jadi Arsitek yang juga menulis".

Ya, dia benar-benar keluar teramat jauh dari garis nyaman-nya.

Kini, setelah beberapa tahun terjeda untuk kembali membaca dan menulis, ada antrean buku yang sedang menunggu. Dan saat beberapa buku sedang mengantre untuk dibaca serta beberapa tulisan yang masih terlabel "draft", ada pula beberapa hasil kerja Ngarsitek-ku yang sedang dalam proses pembangunan. Dan itu, baru aku sadari saat 2 jam perjalan pulang-pergi.

Ternyata benar, takdir yang dijalani sekarang ini adalah takdir terbaik kita.