Dia lelaki baik, mau
mengalah, mau mengantar dan sering memuji. Tapi, dia juga suka
marah-marah. Apalagi soal signal atau baterai handphone yang sama-sama susah
diajak kerja sama.
Dia lelaki baik, mau
mewujudkan mauku. Tapi, "kalo aku bisa, ya" katanya. Buktinya dia mau
pakai kumis, meskipun terkadang dia mencukur habis kumisnya. "Nanti juga
tumbuh lagi", katanya lagi.
Dia lelaki baik, mau
hujan-hujanan hanya untuk memberhentikan angkutan kota untukku. Meskipun
terkadang kami batal bertemu karena dia tidak mau hujan-hujanan.
Dia lelaki baik yang terkadang menyebalkan. Lelaki baik memang tidak harus selalu baik. Kan, lelaki baik juga punya ego. Lelaki baik memang memberi kesempatan pada wanitanya untuk bisa menjadi wanita baik untuknya. Aku, wanita baik bukan, ya?
Terkadang suka malu sendiri, karena ego ku masih jauh lebih tinggi dari ego yang lelaki baik itu miliki. Terkadang juga suka aneh, ko lelaki baik itu masih menjadi lelaki yang baik saat wanitanya 'gak baik-baik amat'. Aku bahkan lupa kapan aku mengalah dan kapan aku memuji. Tapi karena dia lelaki baik, kekuranganku bukan sekedar dia terima, tapi dia bantu untuk memperbaiki.
Lelaki baik menurutku dan lelaki baik menurutmu tentunya akan berbeda. Jadi, jangan mengharapkan lelaki baik yang orang lain punya, ya.
No comments:
Post a Comment