Jawaban Mamah buat aku berpikir tentang bagaimana sayangnya Ia padaku, dari gerak-geriknya, dari tutur bahasanya, pula dari jeda sebelum Ia menjawab pernyataan yang cukup tegas dariku tadi.
"Jangan gitu, nikah itu wajib. Sieun dosa", jawabnya pelan, lembut, tenang sambil tangannya mengusap tanganku yang sedang memeluknya.
Sungguh jawaban klise, kan? Tapi dari sana, ada sesuatu yang tersembunyi. Ada perasaanku yang Ia validasi, yang Ia mengerti, yang Ia hormati. Bahwa Ia mengerti bagaimana aku sakit, bagaimana ini menjadi luka untukku dan bagaimana aku begitu takut tentang pernikahan.
Karna jika bukan takut dosa, Ia pun akan mengizinkan, yang penting aku tenang.
No comments:
Post a Comment